Jumat, 20 Februari 2015

[003] Ali Imran Ayat 018

««•»»
Surah Ali 'Imran 18

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
««•»»
syahida allaahu annahu laa ilaaha illaa huwa waalmalaa-ikatu wauluu al'ilmi qaa-iman bialqisthi laa ilaaha illaa huwa al'aziizu alhakiimu
««•»»
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu {188} (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
{188} Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.
««•»»
Allah bears witness that there is no god except Him —and [so do] the angels and those who possess knowledge— maintainer of justice, there is no god but Him, the Almighty, the All-wise.
««•»»
Allah SWT menyatakan ke Esaan Nya dengan menegakkan dalil-dalil dan bukti ciptaan Nya pada alam dan diri manusia, serta menurunkan ayat-ayat yang menjelaskannya. Para malaikat menyatakan pula hal keesaan Allah itu dan menyampaikannya kepada nabi-nabi. Para nabi-nabi menyatakan kesaksian yang diperkuat oleh ilmu yang sudah tertanam dalam jiwa mereka yang lebih tinggi dari pada ilmu-ilmu lainnya yang diperoleh dengan pengalaman-pengalaman. Demikian pula para ahli ilmu, turut menyatakan ke Esaan Allah dan menjelaskannya. Mereka menyaksikan Allah dengan kesaksian yang disertai bukti-bukti dan alasan ilmiyah. Ayat ini menunjukkan martabat yang tinggi dari para ulama karena mereka telah disejajarkan dengan malaikat yang mulia yaitu sama-sama dapat menyaksikan ke Esaan Allah SWT.

"Menegakkan keadilan" dalam ayat ini ialah menegakkan keseimbangan dalam i'tikad, karena tauhid itu merupakan suatu kepercayaan yang Iurus, tauhid yang murni yang tidak dicampuri sedikitpun oleh keingkaran kepada Allah dan mempersekutukan Nya. Juga menegakkan keseimbangan di dalam ibadat, budi pekerti dan amal perbuatan, artinya menegakkan keseimbangan antara kekuatan rohani, dan kekuatan jasmani. Allah memerintahkan kita melakukan ibadan salat dan ibadah lainnya untuk menyucikan rohani. Allah menyuruh kita makan makanan yang baik adalah untuk memelihara tubuh. Dan Allah melarang kita berlebih-lebihan di dalam beragama dan keterlaluan dalam mencintai dunia.

Demikian pula, Allah meletakkan hukum keseimbangan pada alam ini. Barang siapa memperhatikan hukum alam ini dan tata tertibnya yang teliti, maka nampak jelas baginya hukum keseimbangan itu paling sempurna. Allah menegakkan keseimbangan yang sempurna pada alam ini, adalah sebagai bukti nyata atas kebenaran kebijaksanaan Nya. Kesatuan tata tertib pada alam ini menunjukkan ke Esaan pencipta Nya.

Di akhir ayat ini Allah menguatkan lagi keesaan zat Nya dalam sifat ke Tuhanan."Tak ada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". Sifat "Maha Kuasa" dalam ayat ini memberi pengertian kesempurnaan KodratNya dan sifat "Maha Bijaksana" menunjukkan kesempurnaan ilmu Nya. Suatu kekuasaan tidak dapat sempurna kecuali dengan adanya hak yang mutlak dalam bertindak. Dan keadilan (keseimbangan) juga tidak akan dapat sempurna, kecuali dengan mengetahui segala keadaan dan kemaslahatan. Maka barang siapa yang kesempurnaannya sudah sampai demikian, tidak seorangpun dapat mempengaruhinya dalam menjalankan keseimbangan itu dan tidak ada satu makhlukpun yang keluar dari hikmahnya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Allah menyaksikan) artinya menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya dengan dalil-dalil dan ayat-ayat (bahwasanya tidak ada Tuhan) yakni tidak ada yang disembah dalam wujud ini dengan benar (melainkan Dia, dan) menyaksikan pula atas yang demikian itu (para malaikat) dengan pengakuan mereka (dan orang-orang yang berilmu) dari kalangan para nabi dan orang-orang beriman, baik dengan keyakinan maupun dengan perkataan (menegakkan keadilan) dengan mengatur makhluk ciptaan-Nya. Manshub disebabkan kedudukannya sebagai hal, sedangkan yang menjadi amilnya ialah arti keseluruhan yakni hanya Allahlah yang mengatur makhluk-Nya dengan seadil-adilnya. (Tidak ada Tuhan melainkan Dia) diulangi kembali memperkokoh perkataan sebelumnya (Yang Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan dan ciptaan-Nya.
««•»»
God bears witness, [that is to say] He has made it clear to His creation through proofs and signs, that there is no god, none that is truly worshipped in existence, except Him, He has borne witness to this, and the angels, [have also borne witness to this] by affirming it, and those of knowledge, from among the prophets and the believers, through [their] conviction and in words; upholding, constantly and uniquely maintaining His creations with justice, (qā’iman, ‘upholding’, is in the accusative because it is a circumstantial qualifier and is governed by the import of the statement [implied to be something like] tafarrada, ‘He alone is [upholding]…’); there is no god except Him (He has repeated it for emphasis); the Mighty, in His Kingdom, the Wise, in His actions.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 17]•[AYAT 19]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
18of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=18&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:18


[003] Ali Imran Ayat 017

««•»»
Surah Ali 'Imran 17

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
««•»»
alshshaabiriina waalshshaadiqiina waalqaanitiina waalmunfiqiina waalmustaghfiriina bial-ashaari
««•»»
 (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta'at, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur {187}.
{187} Sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh.
««•»»
Patient and truthful, obedient and charitable, and pleading [Allah’s] forgiveness at dawns.
««•»»

Pada ayat ini ditambahkan lagi sifat-sifat orang beriman yang membedakan mereka dari orang-orang yang lain. Dengan sifat tersebut mereka mendapatkan keridaan Allah SWT. Semua sifat tersebut mereka miliki. dan masing-masing sifat itu mempunyai tingkatan keutamaan. dan berkat sifat-sifat itu pula mereka memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sifat-sifat tersebut ialah:
  1. Sabar; Sabar yang paling sempurna, ialah sabar dan tabah menderita di dalam melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan Allah. Apabila gelora syahwat sudah bergejolak, dan jiwapun sudah tunduk untuk melakukan kemaksiatan maka kesabaranlah yang akan membendungnya. Sifat sabar pulalah yang menetapkan (mengokohkan) iman dan memelihara ketaatan pada batas-batas yang telah ditetapkan syarak. Sabarlah yang dapat memelihara martabat manusia di waktu mendapat kesulitan di dunia, dan memelihara hak-hak orang dari gangguan tangan orang yang rakus. Sifat sabar merupakan syarat bagi tercapainya sifat-sifat jujur, taat, dan istigfar.
  2. Bersifat benar; Benar adalah puncak kesempurnaan. Benar dan jujur dalam iman, perkataan dan niat.
  3. Taat; ialah ketekunan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan tunduk dan khusyuk kepada Allah. Tunduk dan khusyuk adalah jiwa dan inti Sari ibadah. Tanpa tunduk dan khusyu' ibadah menjadi hampa, bagaikan pohon tiada berbuah.
  4. Membelanjakan harta di jalan Allah, baik yang bersifat wajib, maupun yang sunah, karena mengeluarkan harta untuk amal kebajikan sangat ditekankan dan dianjurkan oleh agama.
  5. Beristigfar di waktu sahur yaitu waktu sebelum fajar menyingsing dekat subuh maksudnya salat Tahajud di akhir malam, yaitu waktu tidur paling enak dan sukar untuk meninggalkannya. Tetapi jiwa dan hati pada waktu itu sangat bening dan tenang. Salat ini diikuti dengan bacaan istigfar dan doa. Terdapat di dalam kitab hadis Sahih Bukhari dan Muslim, dan dalam kitab-kitab musnad serta sunan, riwayat dari pada sejumlah sahabat.
Rasulullah berkata:
ينزل ربك تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول: من يدعوني فاستيجب له من يسألني فاعطيه ومن يستغفرني فاغفر له
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

Tuhan kita yang Maha suci dan Maha tinggi, turun pada setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga akhir malam. Dia berfirman: "Siapa yang berdoa kepada Ku maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada Ku Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun kepada Ku maka Aku akan mengampuninya".
(HR Bukhari dan Muslim)

Adapun istigfar (minta ampun) yang dimaksud oleh syarak ialah istigfar yang disertai tobat nasuha, serta menyesuaikan perbuatan dengan ketentuan agama. Tobat nasuha adalah tobat dengan benar-benar menghentikan perbuatan dosa dan tidak mengulangi lagi, serta berusaha mengimbanginya dengan perbuatanya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Orang-orang yang tabah) mengikuti perintah dan menjauhi maksiat, menjadi na`at (yang benar) dalam keimanan (yang taat) kepada Allah (yang menafkahkan harta mereka) yang bersedekah (dan yang memohon ampun) kepada Allah dengan mengucapkan, "Ya Allah! Ampunilah kami," (pada waktu sahur) artinya di akhir malam. Disebutkan di sini secara khusus, karena pada waktu itulah orang biasa lengah dan tidur nyenyak.
««•»»
The patient, in obedience and against disobedience (al-sābirīna, ‘the patient’, is an adjectival qualification [of alladhīna, ‘those’]), truthful, in their faith, obedient, compliant before God, expenders, of charity, imploring God’s pardon, by saying, ‘Lord, forgive us’ at daybreak’, in the last part of the night, singled out here for mention because it is the time of unawareness and of the joy of sleep.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 16]•[AYAT 18]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
17of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=17&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:17


[003] Ali Imran Ayat 016

««•»»
Surah Ali 'Imran 16

الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
««•»»
alladziina yaquuluuna rabbanaa innanaa aamannaa faighfir lanaa dzunuubanaa waqinaa 'adzaaba alnnaari
««•»»
 (Yaitu) orang-orang yang berdo'a: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,"
««•»»
Those who say, ‘Our Lord! Indeed we have faith. So forgive us our sins, and save us from the punishment of the Fire.’
««•»»

Kemudian Allah menunjukkan sifat-sifat orang yang takwa itu, yaitu orang yang hatinya sudah merasakan buah iman, orang yang bergetar lidahnya mengucapkan pengakuan iman ini ketika berdoa dan beribadah. Mereka memelihara diri dari pada berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dengan khusyuk serta memohon kepada-Nya. "Wahai Tuhan kami. Kami benar-benar telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan kepada Rasulullah dengan iman yang meresap ke dalam lubuk hati kami, yang membimbing akal pikiran kami, dan menguasai pekerjaan-pekerjaan badaniah kami. Maka wahai Tuhan kami, luputkanlah dosa-dosa kami dengan ampunan-Mu. Serta jauhkanlah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Dikhususkan doa dengan memohonkan pemeliharaan dari azab neraka. karena orang yang dibebaskan dari azab neraka berarti telah mendapat kemenangan dan tempat kembali yang terbaik.

Yang dimaksud dengan iman dalam pengakuan orang-orang yang takwa ini ialah iman yang murni, yang bekas-bekasnya nampak pada pemeliharaan diri, dari pada kemaksiatan, serta banyak berbual kebajikan.

Ulama' salaf telah bersepakat bahwa yang dimaksud dengan iman itu meliputi iktikad, ucapan dan pekerjaan. Iman inilah yang memberi bimbingan kepada akal dan perbuatan manusia sesuai dengan fitrahnya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Yakni orang-orang yang) menjadi na`at atau badal dari `orang-orang` yang sebelumnya (berdoa,) "Wahai (Tuhan kami! Sesungguhnya kami telah beriman) membenarkan-Mu dan rasul-Mu (maka ampunilah semua dosa kami dan lindungilah kami dari siksa neraka.")

««•»»
Those (alladhīna is either an adjectival qualification of, or a substitution for, the previous alladhīna) who say: “O, Our Lord, we believe, in You and in Your Prophet; so forgive us our sins, and guard us from the chastisement of the Fire”.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 15]•[AYAT 17]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
16of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=16&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#3:16


Kamis, 19 Februari 2015

[003] Ali Imran Ayat 015

««•»»
Surah Ali 'Imran 15

قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
««•»»
qul a-unabbi-ukum bikhayrin min dzaalikum lilladziina ittaqaw 'inda rabbihim jannaatun tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa wa-azwaajun muthahharatun waridhwaanun mina allaahi waallaahu bashiirun bial'ibaadi
««•»»
Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
««•»»
Say, ‘Shall I inform you of something better than that? For those who are Godwary there will be gardens near their Lord, with streams running in them, to remain in them [forever], and chaste mates, and Allah’s pleasure.’ And Allah sees best the servants.
««•»»

Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada manusia apa yang dimaksud dengan tempat kembali yang baik itu agar mereka terangsang untuk berbuat kebaikan.

Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk menanyakan kepada kaumnya apakah mereka suka diberitahu tentang hal-hal yang lebih baik dari segala macam kesenangan yang disebut pada ayat 14. Dengan cara bertanya mereka akan lebih tertarik untuk memberikan jawaban.

Allah menjelaskan apa "yang lebih baik" itu, yaitu balasan yang akan diperoleh oleh orang-orang yang bertakwa yang dapat dibagi kepada dua macam nikmat:
  1. Bersifat jasmani, yaitu nikmat berupa keindahan-keindahan di surga yang tak tergambarkan oleh manusia, pasangan hidup yang bersih dari segala macam cacat din kelemahan seperti yang terdapat pada manusia didunia. baik dari segi rupa maupun perangai dan lain sebagainya.
  2. Bersifat kerohanian, yaitu rida Allah yang tidak bercampur sedikitpun dengan kemurkaan -Nya, dan inilah sebesar-besar nikmat di akhirat bagi orang-orang yang bertakwa.

Rasulullah saw bersabda:
إن الله عز وجل يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة فيقولون لبيك ربنا وسعديك فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى وقد أعطيتنا ما لم تعط أحدا من خلقك؟ فيقول أنا أعطيكم أفضل من ذلك قالوا: يا ربنا وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: احل عليكم رضواني فلا اسخط عليكم بعده أبدا
Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla berkata kepada ahli surga "Hai, ahli surga" mereka menjawab:"labba'ika Rabbana Wasa'daika".Berkata Allah "Sudah puaskah kamu sekalian?" Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak puas. Sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang dari makluk Mu". Maka Allah berfirman:" Aku akan memberikan kepada kamu yang lebih baik dari pada itu?'. Mereka berkata: "Wahai Tuhan kami! `Apakah yang lebih dari pada itu?" Maka Allah menjawab: "Aku akan melimpahkan kepadamu keridaan Ku, Lalu Aku tidak akan marah kepadamu selama-lamanya".
(HR Bukhari dan Muslim dari Abi Sa'id Al Khudri)

Ayat ini memberi pengertian, bahwa penghuni surga itu mempunyai tingkat-tingkat seperti keadaan dl dunia. Di antara manusia di dunia ini ada yang tidak dapat memahami arti rida Ilahi, dan rida Ilahi itu mendorongnya untuk berbuat kebajikan atau meninggalkan kejahatan. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan lahiriyah seperti yang mereka rasakan di dunia. Di antara mereka ada yang memiliki pula kemampuan berpikir yang tinggi dan sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka mengidam-idamkan keridaan Allah serta menjadikannya sebagai tujuan akhir dan kebahagiaan yang tertinggi bagi hidupnya.

Kemudian di akhir ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia Maha Mengetahui hal ihwal manusia, isi hati dan segala rahasia mereka. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu Dia akan memberikan ganjaran atas, segala perbuatan manusia menurut derajat takwanya masing-masing.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Katakanlah) hai Muhammad kepada kaummu! ("Maukah saya sampaikan kepadamu) saya beritahukan (apa yang lebih baik dari yang demikian?") yakni yang disebutkan dari berbagai syahwat tadi; adapun pertanyaan di sini berarti pengukuhan. (Bagi orang-orang yang bertakwa) yang menjaga diri mereka dari kemusyrikan (di sisi Tuhan mereka) menjadi khabar sedangkan mubtadanya: (surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kekal mereka) artinya ditakdirkan kekal (di dalamnya) jika mereka memasukinya (dan istri-istri yang disucikan) dari haid dan lainnya yang dianggap kotor (serta keridaan) ada yang membaca ridhwaan dan ada pula rudhwaan; artinya keridaan yang banyak (dari Allah dan Allah Maha Melihat) maksudnya Maha Mengetahui (akan hamba-hamba-Nya) mereka akan dibalas menurut amalnya masing-masing.
««•»»
Say, O Muhammad (s) to your people, ‘Shall I tell you, shall I inform you, of something better than that?, [that] which has been mentioned of lusts (this interrogative is meant as an affirmative). For those that are fearful, of idolatry, with their Lord (‘inda rabbihim is the predicate, the subject being [the following jannātun…]’) are Gardens underneath which rivers flow, abiding therein, decreed for them [therein] is eternal life, when they enter it, and spouses purified, of menstruation and other impurities, and beatitude (read ridwān or rudwān, meaning ‘much pleasure’) from God; and God is Seer, knower, of His servants, requiting each of them according to his deeds.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 14]•[AYAT 16]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
15of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=15&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#3:15


[003] Ali Imran Ayat 014

««•»»
Surah Ali 'Imran 14

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
««•»»
zuyyina lilnnaasi hubbu alsysyahawaati mina alnnisaa-i waalbaniina waalqanaathiiri almuqantharati mina aldzdzahabi waalfidhdhati waalkhayli almusawwamati waal-an'aami waalhartsi dzaalika mataa'u alhayaati alddunyaa waallaahu 'indahu husnu almaaabi
««•»»
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak {l86} dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
{186} Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
««•»»
To mankind has been made to seem decorous the love of [worldly] desires, including women and children, accumulated piles of gold and silver, horses of mark, livestock, and farms. Those are the wares of the life of this world; but Allah—with Him is a good destination.
««•»»

Sesudah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan pada ayat sebelum ini kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.

Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Wanita, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan dan dipandang baik oleh manusia dan sangat dicintainya. Dia tidak memandang jelek mencintai benda-benda itu, bahkan dia tidak dapat terhindar dari mencintainya.

Amat sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Dia tidak mau lagi surut dari mencintainya. meskipun sudah menderita disebabkan harta benda kesayangannya itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi ia belum memandungnya baik untuk dirinya, mungkin pada suatu waktu dia dapat melepaskan diri dari padanya.

Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda kesenangan itu. Tetapi terserah kepada manusia itu sendiri, sampai di mana ia dapat mempergunakan harta benda itu untuk mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mendapatkan keridaan-Nya.
Firman Allah:
إنا جعلنا ما على الأرض زينة لها لنبلوهم أيهم أحسن عملا
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
(QS Al Kahfi [18]: 7)

Benda-benda kesenangan manusia itu secara terperinci adalah sebagai berikut:

Pertama:
Wanita (istri), wanita adalah tumpuan cinta kasih sayang dan kepadanyalah kecenderungan jiwa manusia,

Sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran:
ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
(QS Ar Ruum: 21)

Untuk istri dipergunakan sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum wanita, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi berlebih-lebihan dalam mencintai wanita mempunyai efek yang kurang baik terhadap bangsa, dan dapat pula mempengaruhi kesimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita.

Dalam ayat ini, mencintai wanita (istri) disebutkan lebih dahulu daripada "mencintai anak-anak", walaupun cinta kepada wanita itu dapat luntur, sedang cinta pada anak itu tidak; karena cinta pada anak-anak itu jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai wanita Dan pada umumnya mencintai anak itu tidak menimbulkan kemusykilan. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada wanita dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang baru, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang-orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai wanita lain.

Kedua:
Anak, baik laki-laki maupun perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada wanita (istri) karena tujuannya ialah untuk melanjutkan turunan.

Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga penerus keturunan dan generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan.

Sebagaimana dinyatakan Allah:
إنما أموالكم وأولادكم فتنة
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)
(QS At Tagabun: 15)

Ketiga:
Harta kekayaan emas dan perak yang melimpah ruah. Berkata Ar-Razi dalam tafsir: "Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan dan kesempurnaan itu diingini dengan sendirinya. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan maka ia diingini dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itupun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai".

Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusinya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat.

Dalam Alquran Allah menceritakan demikian:
سيقول لك المخلفون من الأعراب شغلتنا أموالنا وأهلونا فاستغفر لنا
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampun untuk kami ini"
(QS Al Fath [48]:11)

Cinta kepada harta adalah menjadi tabiat manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya.

Rasalullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
لو كان لابن آدم واديان من ذهب لتمنى أن يكون له ثالثا ولا يملا جوف ابن آدم إلا التراب ويتوب الله على من تاب
Sekiranya manusia itu mempunyai dua lembah emas. tentulah ia menginginkan lagi di samping yang dua itu lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya.
(HR Bukhari dari Ibnu 'Abbas)

Keempat:
Kuda ternak yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih pada bagian dahinya, dan pada kakinya, sehingga nampak sebagai tanda. Bagi bangsa Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.

Kelima:
Binatang-binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil binatang-binatang ternak itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:
والأنعام خلقها لكم فيها دفء ومنافع ومنها تأكلون ولكم فيها جمال حين تريحون وحين تسرحون وتحمل أثقالكم إلى بلد لم تكونوا بالغيه إلا بشق الأنفس إن ربكم لرءوف رحيم والخيل والبغال والحمير لتركبوها وزينة ويخلق ما لا تعلمون
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu makan (apa yang dapat dimakan) dari padanya. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskan ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi yang Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahui"
(Q.S An Nahl [16]:5-6)

Keenam:
Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi seperti benda-benda kesenangan yang disebutkan.

Demikian itulah keenam macam harta yang disenangi manusia dalam dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, dan yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Manusia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tak patutlah kiranya harta benda untuk dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan terakhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenamya, yaitu kehidupan di akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Dan alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada syahwat) yakni segala yang disenangi serta diingini nafsu sebagai cobaan dari Allah atau tipu daya dari setan (yaitu wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak) yang berlimpah dan telah berkumpul (berupa emas, perak, kuda-kuda yang tampan) atau baik (binatang ternak) yakni sapi dan kambing (dan sawah ladang) atau tanam-tanaman. (Demikian itu) yakni yang telah disebutkan tadi (merupakan kesenangan hidup dunia) di dunia manusia hidup bersenang-senang dengan hartanya, tetapi kemudian lenyap atau pergi (dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik) yakni surga, sehingga itulah yang seharusnya menjadi idaman dan bukan lainnya.
««•»»
Beautified for mankind is love of lusts, that which the self lusts after and calls for, beautified by Satan, or by God as a test — of women, children, stored-up heaps of gold and silver, horses of mark, fine [horses], cattle, namely, camels, cows and sheep, and tillage, the cultivation of land. That, which is mentioned, is the comfort of the life of this world, enjoyed while it lasts, but then perishes; but God — with Him is the more excellent abode, place of return, which is Paradise, and for this reason one should desire none other than this [abode].
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»•[AYAT 13]•[AYAT 15]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
14of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=14&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:14

[003] Ali Imran Ayat 013

««•»»
Surah Ali 'Imran 13

قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
««•»»
qad kaana lakum aayatun fii fi-atayni iltaqataa fi-atun tuqaatilu fii sabiili allaahi waukhraa kaafiratun yarawnahum mitslayhim ra/ya al'ayni waallaahu yu-ayyidu binashrihi man yasyaau inna fii dzaalika la'ibratan li-ulii al-abshaari
««•»»
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur) {185}. Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.
{185} Pertemuan dua golongan itu - antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin - terjadi dalam perang Badar. Badar nama suatu tempat yang terletak antara Mekah dengan Madinah dimana terdapat mata air.
««•»»
There was certainly a sign for you in the two hosts that met: one host fighting in the way of Allah and the other faithless, who saw them visibly twice as many.[1] Allah strengthens with His help whomever He wishes. There is indeed a moral in that for those who have insight.
[1] Or ‘whom they [i.e. the faithful] saw visibly twice as many.’
««•»»

Selanjutnya Allah memperingatkan agar mereka jangan merasa kuat dengan jumlah harta dan tenaga yang mereka miliki. Karena seharusnya mereka mengambil pelajaran dari peristiwa perang Badar itu.

Jumlah dana dan tenaga yang besar, banyaknya sekutu yang membantu, tidaklah akan menjamin kemenangan dalam peperangan. Sejarah peperangan di dunia ini membuktikan kekeliruan anggapan demikian. Apa yang terjadi pada perang Badar, di mana dua pasukan saling berhadapan. Satu pasukan dari kaum muslimin yang berjumlah kecil yang berjuang dijalan Allah, ditakdirkan bagi mereka kemenangan atas pasukan kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlahnya.

Mereka yang memiliki akal pikiran yang sehat dan mempergunakannya untuk merenungkan segala perkara yang terjadi, serta mengambil faedah dari padanya, tentulah akan banyak memperoleh pelajaran dari peristiwa perang Badar ini. Ternyata bahwa ada suatu kekuatan lain di atas segala kekuatan yang lahir. Kekuatan itulah yang sering memperkuat pasukan yang lemah hingga dia dapat mengalahkan pasukan yang kuat lagi besar dengan izin Allah SWT.

Berperang di jalan Allah adalah kunci kemenangan itu. Bila perjuangan dan peperangan tujuannya adalah membela kebenaran, melindungi agama dan pemeluknya, maka jiwa pejuang-pejuangnya akan menghadapi medan pertempuran dengan sepenuh kekuatan yang dimilikinya, dengan segala kemungkinan, siasat dan persiapan.

Karena mereka meyakini bahwa di belakang mereka ada kekuatan yang mendorong dan ada pertolongan dari Allah SWT. Allah SWT menegaskan pertolongan itu akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya, asal saja mereka itu tetap tahan dan sabar serta selalu ingat kepada Allah, dan patuh kepada pimpinan.

Pada perang Badar kedua yang terjadi tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah itu, kaum muslimin telah berusaha mematuhi ketentuan-ketentuan Tuhan dan ketentuan Rasul-Nya dengan segala kemampuan yang ada, serta dengan tekad yang bulat. Mereka berperang dengan penuh keberanian. Dan dengan pertolongan Allah mereka menang dalam peperangan itu.

Allah berfirman:
يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
"Hai orang-orang yang beriman. Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".
(QS Muhammad [47]:7)

Menurut para ahli sejarah, tentara kaum muslimin dalam perang Badar itu berjumlah 313 orang. Terdiri dari 77 orang Muhajirin dan 236 orang Ansar. Yang memegang bendera dalam pasukan Muhajirin adalah Ali bin Abu Talib. sedang bendera pasukan Ansar dipegang oleh Saad bin `Ubadah. Dalam pasukan muslimin itu terdapat 90 ekor unta dan 2 ekor kuda perang masing-masing dikendarai oleh Miqdad bin Al Aswad dan Marsad bin Marsad, yang memakai baju besi ada enam orang dan yang bersenjata pedang ada delapan orang. Seluruh yang terbunuh dari pihak kaum Muslimin 14 orang laki-laki, terdiri dari 6 orang Muhajirin dan delapan orang dari Ansar. Jumlah tentara kaum musyrikin 950 orang, dipimpin oleh `Utbah bin Rabi'ah, dan di antara mereka terdapat Abu Sufyan dan Abu Jahal. Dalam pasukan mereka terdapat seratus ekor kuda perang, 700 ekor unta, dan sejumlah senjata yang tidak terbilang banyaknya.

Dalam peperangan Badar jumlah pasukan kaum muslimin hanyalah 313 orang saja. Tetapi dalam penglihatan kaum musyrikin ketika perang telah berkecamuk jumlah tersebut menjadi berlipat ganda, sehingga hal itu menimbulkan rasa takut dalam hati mereka, Akhirnya mereka lari dari medan pertempuran. Demikian Allah SWT menurunkan pertolongan kepada kaum muslimin.

Sebelum perang berkecamuk, pasukan kaum muslimin di mata orang-orang musyrikin kelihatan sangat kecil, karena itu mereka berani menghadapi dan menyerbu mereka,

Seperti diberitahukan Allah dalam kisah tentang Perang Badar ini, dengan firman-Nya:
وإذ يريكموهم إذ التقيتم في أعينكم قليلا ويقللكم في أعينهم ليقضي الله أمرا كان مفعولا وإلى الله ترجع الأمور
Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.
(Q.S Al Anfal [8]:44)

Dengan pertolongan inilah Allah memperkuat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan sesungguhnya pada pertolongan yang demikian itu ada pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal dan pikiran.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya bagi kamu ada tanda) atau pelajaran, lalu hal itu disebutkan untuk penjelasan (pada dua golongan) dua puak (yang bertemu) di hari Badar untuk berperang (segolongan bertempur di jalan Allah) untuk menaati perintah-Nya, yaitu Nabi saw. bersama para sahabat.

Mereka berjumlah 313 orang laki-laki termasuk beberapa orang berkuda, enam buah ketopong besi dan delapan buah pedang, sedangkan kebanyakan mereka adalah berjalan kaki (dan yang lain kafir, yang melihat mereka) maksudnya kaum muslimin (dua kali lipat mereka) artinya jumlah mereka kaum muslimin kelihatan dua kali banyak dari jumlah mereka yang lebih kurang seribu orang, (yaitu penglihatan dengan mata kepala) artinya menurut pandangan lahir. Ini termasuk pertolongan Allah kepada kaum muslimin yang berjumlah sedikit.

(Dan Allah menyokong) menguatkan (dengan pertolongan-Nya siapa yang disukai-Nya) untuk ditolong. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) maksudnya yang disebutkan tadi (menjadi pelajaran bagi orang yang mempunyai mata hati). Kenapa kamu tidak mengambil pelajaran pula lalu kamu beriman?

««•»»
There has already been a sign, an example (the verb qad kāna, ‘there has been’, is used to separate [the statement to follow from the previous one]), for you in two hosts, two parties, that met, one another in battle, on the day of Badr; one company fighting in the way of God, in obedience to Him, namely, the Prophet and his Companions, who numbered three hundred and thirteen men, most of them on foot, with two horses, six plates of armour and eight swords; and another unbelieving; they, the disbelievers, numbering almost a thousand, saw them, the Muslims, twice the like of them, that is, more numerous than themselves, as the eye sees, in manifest vision, witnessing; and God granted them victory despite their fewer number; for God confirms, He strengthens, with His help whom He will, granting him victory. Surely in that, which is mentioned, is a lesson for people of vision, those who are discerning: so will you not be warned by this and become believers?

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Abu Daud di dalam kitab Sunan dan Imam Baihaqi di dalam kitab Dalail mengetengahkan hadis berikut melalui jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Said atau Ikrimah dan dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. memperoleh kemenangan dalam perang Badar, lalu beliau kembali ke Madinah, kemudian beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa.

Selanjutnya beliau bersabda kepada mereka,
"Hai orang-orang Yahudi! Masuk Islamlah kalian sebelum kalian mendapat kekalahan seperti apa yang telah ditimpakan Allah atas kaum Quraisy (dalam perang Badar)."

Orang-orang Yahudi menjawab, "Hai Muhammad! Janganlah engkau memperdaya dirimu sendiri hanya karena engkau telah memerangi segolongan orang-orang Quraisy, mereka adalah orang-orang kampungan yang tidak pandai perang! Demi Allah, jika berhadapan dengan kami, baru kamu ketahui bahwa kami ini orang-orang perang."

Maka Allah pun menurunkan, "Katakanlah kepada orang-orang yang kafir bahwa kamu pasti akan dikalahkan...," sampai dengan firman-Nya, "...bagi orang-orang yang mempunyai pandangan batin."
(QS. Ali Imran [3]:12-13)

Ibnu Munzir mengetengahkan dari Ikrimah bahwa seorang Yahudi bernama Fanhash mengatakan sehabis perang Badar, "Janganlah si Muhammad itu membanggakan dirinya mentang-mentang ia dapat membunuh dan mengalahkan orang-orang Quraisy! Orang-orang Quraisy itu tidak pandai berperang!" Maka turunlah ayat ini.
•[AYAT 12]•[AYAT 14]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
13of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=13&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:13

[003] Ali Imran Ayat 012

««•»»
Surah Ali 'Imran 12
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
««•»»
qul lilladziina kafaruu satughlabuuna watuhsyaruuna ilaa jahannama wabi/sa almihaadu
««•»»
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya".
««•»»
Say to the faithless, ‘You shall be overcome and mustered toward hell, and it is an evil resting place.’
««•»»

Pada ayat ini dengan tegas Allah mengancam mereka; bahwa mereka pasti akan dihancurkan di dunia ini, sebelum di akhirat nanti. Nabi Muhammad saw, diperintahkan untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi itu, bahwa mereka akan dikalahkan di dunia ini. Tuhan akan menepati janji-Nya, dan di akhirat mereka akan ditempatkan di neraka Jahanam.

Yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang Yahudi. Menurut riwayat lbnu Abbas ra, orang Yahudi Madinah tatkala menyaksikan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrikin pada perang Badar, mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya dia adalah nabi yang ummi, yang dikabarkan oleh Nabi Musa as kepada kita, dan dalam Taurat terdapat tanda-tandanya". Lalu mereka bermaksud mengikuti Nabi Muhammad saw. Berkata sebagian mereka : "Janganlah terburu-buru sampai kamu menyaksikan bukti-bukti yang lain.

Tatkala tiba perang `Uhud mereka menjadi ragu-ragu laIu mereka membatalkan perjanjian yang mereka ikat dengan Rasulullah saw. Kemudian Ka'ab bin Al Asraf (pimpinan Yahudi) bersama enam puluh anggota pasukan berkuda berangkat segera ke Mekah untuk menghimpun kekuatan, untuk memerangi Rasulullah saw. Maka pada saat itu turunlah ayat ini.

Diriwayatkan pula oleh Abu Daud dalam sunannya, dan oleh Al Baihaki dalam Dala-il melalui lbnu Ishaq dari Ibnul `Abbas bahwa Rasulullah tatkala berhasil mengalahkan orang Quraisy dalam perang Badar, beliau pulang ke Madinah, beliau mengumpulkan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'.

Beliau berkata:
"Hai, orang Yahudi masuklah dalam agama Islam sebelum kamu ditimpa oleh apa yang telah ditimpakan Allah kepada Quraisy."

Mereka menjawab. "Hai Muhammad, jangan kamu tertipu oleh dirimu sendiri. Kamu telah membunuh sejumlah orang Quraisy, dan mereka itu orang-orang yang tidak berpengalaman, tidak mengerti perang. Demi Allah, Jika kamu berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kamilah sebenarnya laki-laki yang sesungguhnya, kamu belum pernah berhadapan dengan kami".
Dengan kejadian ini, turunlah ayat 12 dan 13 ini.

Kebenaran ayat ini terbukti di kemudian hari. Yaitu kaum Muslimin berhasil mengalahan Yahudi Bani Quraizah karena pengkhianatan mereka dan mengusir Bani Nadir dari Madinah, karena kemunafikan mereka, dan menaklukkan kota Khaibar kota orang Yahudi, serta memungut jizyah dari orang-orang Yahudi. Walaupun ayat ini menerangkan pemungutan jizyah dari orang Yahudi namun pengertian ayat ini mencakup seluruh orang kafir pada umumnya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Katakanlah) hai Muhammad (kepada orang-orang kafir) kepada golongan Yahudi itu, ("Kamu nanti akan menderita kekalahan) memakai ta dan ya, di alam dunia ini dengan dibunuh, ditawan dan membayar upeti dan itu telah terjadi (dan akan dihimpun) juga dengan memakai ta dan ya, di akhirat nanti (ke neraka Jahanam) lalu memasukinya (dan Jahanam itu adalah seburuk-buruk hamparan) tempat tinggal."
««•»»
When the Prophet (s) enjoined the Jews to enter into Islam, after his return from Badr, they said, ‘Do not fool yourself just because you killed a few men of Quraysh, inexperienced and knowing nothing about fighting’, whereupon the following was revealed: Say, O Muhammad (s), to the disbelievers, from among the Jews, ‘You shall be vanquished (sa-tughlabūn, or [read] sa-yughlabūn, ‘they shall be vanquished’), in this world, through being killed or taken captive and made to pay the jizya (which actually took place), and mustered, ([read] in both ways [wa-tuhsharūna, ‘you will be mustered’, or wa-yuhsharūna, ‘they will be mustered’]), in the Hereafter, to Hell, which you shall enter — an evil cradling!’, [an evil] resting place.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Abu Daud di dalam kitab Sunan dan Imam Baihaqi di dalam kitab Dalail mengetengahkan hadis berikut melalui jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Said atau Ikrimah dan dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. memperoleh kemenangan dalam perang Badar, lalu beliau kembali ke Madinah, kemudian beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa.

Selanjutnya beliau bersabda kepada mereka,
"Hai orang-orang Yahudi! Masuk Islamlah kalian sebelum kalian mendapat kekalahan seperti apa yang telah ditimpakan Allah atas kaum Quraisy (dalam perang Badar)."

Orang-orang Yahudi menjawab,
"Hai Muhammad! Janganlah engkau memperdaya dirimu sendiri hanya karena engkau telah memerangi segolongan orang-orang Quraisy, mereka adalah orang-orang kampungan yang tidak pandai perang! Demi Allah, jika berhadapan dengan kami, baru kamu ketahui bahwa kami ini orang-orang perang."

Maka Allah pun menurunkan,
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir bahwa kamu pasti akan dikalahkan...," sampai dengan firman-Nya, "...bagi orang-orang yang mempunyai pandangan batin."
(Q.S. Ali Imran 12-13)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 11]•[AYAT 13]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
12of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=12&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:12

Sabtu, 14 Februari 2015

[003] Ali Imran Ayat 011

««•»»
Surah Ali 'Imran 11

كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ
««•»»
kada/bi aali fir'awna waalladziina min qablihim kadzdzabuu bi-aayaatinaa fa-akhadzahumu allaahu bidzunuubihim waallaahu syadiidu al'iqaabi
««•»»
 (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa- dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.
««•»»
as in the case of Pharaoh’s clan and those who were before them, who denied Our signs. So Allah seized them for their sins, and Allah is severe in retribution.
««•»»

Pada ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa hal ihwal mereka yang ingkar itu sama dengan hal ihwal Firaun dan pengikut-pengikutnya, juga serupa dengan apa yang dilakukan umat sebelumnya kepada Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya.

Mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para rasul itu. Karena itu Allah menurunkan siksa atas mereka betapapun kebesaran dan kekuasaan mereka itu. Musuh-musuh nabi itu hancur, dan nabi-nabi beserta pengikut-pengikutnya memperoleh kemenangan.

Orang kafir tidak dapat lari dari azab yang diturunkan Allah itu. Karena hukuman Allah itu adalah sebagai akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. Orang-orang Yahudi merasa takut dengan turunnya ayat ini karena mereka mengetahui apa yang telah dialami oleh Firaun dan pengikut-pengikurnya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Seperti adat kebiasaan kaum Firaun dan orang-orang sebelum mereka) seperti kaum Ad dan Tsamud (mereka mendustakan ayat-ayat Kami hingga dicelakakan Allah) dibinasakan-Nya (disebabkan dosa-dosa mereka). Perkataan ini menafsirkan perkataan yang sebelumnya. (Dan Allah sangat keras siksa-Nya). Ayat berikut turun ketika Nabi saw. menyuruh orang-orang Yahudi masuk Islam sekembalinya dari perang Badar, maka jawab mereka, "Janganlah kamu teperdaya mentang-mentang berhasil membunuh gerombolan Quraisy yang kacau balau dan tidak tahu memegang senjata."
««•»»
Their way is, as the way, as the habit, of Pharaoh’s folk, and the, communities of people before them, such as ‘Ād and Thamūd, who denied Our signs; God seized them, He destroyed them, for their sins (this statement explains the previous one); God is severe in retribution.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 10]•[AYAT 12]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
11of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=11&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:11

Kamis, 12 Februari 2015

[003] Ali Imran Ayat 010

««•»»
Surah Ali 'Imran 10
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ
««•»»
inna alladziina kafaruu lan tughniya 'anhum amwaaluhum walaa awlaaduhum mina allaahi syay-an waulaa-ika hum waquudu alnnaari
««•»»
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka,
««•»»
As for the faithless, neither their wealth nor their children shall avail them anything against Allah; it is they who will be fuel for the Fire;
««•»»

Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa mereka yang kafir serta mengingkari kenabian Muhammad saw, padahal mereka mengetahui kebenarannya baik dari golongan ahli kitab maupun dari golongan orang-orang musyrik Arab, mereka tidak akan dapat menghindari azab Allah.

Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa harta benda dan anak cucu mereka tidak akan memberi syafaat sedikitpun kepada mereka. Harta yang bisa dipergunakan untuk mendapat manfaat dan menolak kemudaratan dan anak-anak yang bisa membantu dalam segala urusan penting dan dalam peperangan, semuanya itu tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka.

Sebagaimana Allah berfirman:

يوم لا ينفع مال ولا بنون
"Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna"
(QS Asy Syu'ara: 88)

Walaupun mereka mengucap seperti firman Allah:

وقالوا نحن أكثر أموالا وأولادا وما نحن بمعذبين
Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab".
(QS Saba': 35)

Pernyataan mereka ini dibantah Allah dengan firman-Nya:

وما أموالكم ولا أولادكم بالتي تقربكم عندنا زلفى إلا من آمن وعمل صالحا
Dan sekali -kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.
(QS Saba': 37)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya orang-orang kafir, harta benda dan anak-anak mereka tidak dapat menolak Allah) yakni siksa-Nya (sedikit pun dan merekalah bahan bakar api neraka) dibaca `waquud`, bahan untuk pembakaran.
««•»»
As for the disbelievers, neither their riches nor their children will avail, will protect, them against God, that is, [against] His chastisement; those — they shall be fuel for the Fire, [they shall constitute] what the Fire will be fuelled by (read waqūd [as opposed to wuqūd], ‘fuel’).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 9]•[AYAT 11]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
10of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=10&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#3:10