Minggu, 22 Maret 2015

[003] Ali Imran Ayat 030

««•»»
Surah Ali 'Imran 30

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
««•»»
yawma tajidu kullu nafsin maa 'amilat min khayrin muhdaran wamaa 'amilat min suu-in tawaddu law anna baynahaa wabaynahu amadan ba'iidan wayuhadzdzirukumu allaahu nafsahu waallaahu rauufun bial'ibaadi
««•»»
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
««•»»
The day when every soul will find present whatever good it has done; and as to whatever evil it has done it will wish there were a far distance between it and itself. Allah warns you to beware of [disobeying] Him, and Allah is most kind to [His] servants.
««•»»

Selanjutnya pada ayat ini Allah memperingatkan lagi akan sesuatu hari yang pasti datangnya, di mana tiap diri akan menyaksikan sendiri segala perbuatannya selama hidupnya.

Setiap orang akan mendapatkan pahala amal kebajikannya dan merasa senang dan gembira atas pahala yang diterimanya, dan akan menyaksikan pula kejahatan-kejahatannya, dun menginginkan kejahatan itu dijauhkan daripadanya. Kemudian Allah mengulangi lagi ancaman Nya dengan memperingatkan manusia terhadap siksa Nya". Yakni hendaklah manusia takut akan kemurkaan Allah, dengan cara mengerjakan kebajikan, menolak tipu muslihat setan dan bertobat kepada Nya. Kemudian ditutup ayat ini dengan pernyataan bahwa Allah SWT Maha Penyayang kepada hamba-hamba Nya.

Al Hasanul Basry berkata: "Di antara kasih sayang Allah itu ialah bahwa Dia memperingatkan manusia akan diri Nya, memperkenalkan kepada mereka kesempurnaan ilmu dan kodrat Nya, sebab barangsiapa telah mengetahui hal itu dengan sempurna, maka ia pasti merasa terpanggil untuk mencari keridaan Nya dan menjauhi kemurkaan Nya.

Dan di antara belas kasihan Allah ialah: Allah menjadikan fitrah manusia cenderung kepada kebajikan serta senantiasa membenci hal-hal yang mengarah kepada kejahatan. Sehingga pengaruh kejahatan dalam jiwa dapat dilenyapkan dengan tobat dan amal saleh".

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Pada hari itu setiap diri akan mengetahui segala yang dilakukan)nya (berupa kebaikan akan dihadapkan ke hadapannya begitu juga segala yang dilakukan)nya (berupa kejahatan) menjadi mubtada sedangkan yang menjadi khabarnya: (ia ingin sekiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh) teramat jauh hingga ia takkan pernah sampai padanya. (Dan Allah memperingatkan kamu kepada diri-Nya) diulangi untuk memperkuat (Dan Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.) Ayat berikut turun tatkala mereka mengatakan, "Kami tidaklah menyembah berhala itu hanyalah karena kecintaan kami kepada Allah, Kami bermaksud agar berhala-berhala itu mendekatkan kami kepada-Nya."
««•»»
And remember, the day every soul shall find what it has done of good present before it, and what it has done of evil (the [last statement constitutes the] subject, the predicate of which is [what follows]), it will wish that between it and that there were a great distance, an extremely lengthy distance so that it [the evil] could never reach it. God warns you of His Self (this is repeated for emphasis), and God is Kind to His servants.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 29]•[AYAT 31]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
30of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=30&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:30


[003] Ali Imran Ayat 029

««•»»
Surah Ali 'Imran 29

قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
««•»»
qul in tukhfuu maa fii shuduurikum aw tubduuhu ya'lamhu allaahu waya'lamu maa fii alssamaawaati wamaa fii al-ardhi waallaahu 'alaa kulli syay-in qadiirun
««•»»
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
««•»»
Say, ‘Whether you hide what is in your hearts, or disclose it, Allah knows it, and He knows whatever there is in the heavens and whatever there is in the earth; and Allah has power over all things.’
««•»»

Pada ayat ini Allah memperingatkan bahwa Dia mengetahui segala apa yang terkandung di dalam hati orang Islam ketika ia mengadakan hubungan yang akrab dengan orang-orang kafir itu apakah karena mereka suka kepada orang-orang kafir itu, atau itu dilakukan karena maksud untuk menyelamatkan diri. Kalau orang Islam berbuat demikian karena memang cenderung kepada kekufuran, tentulah Allah akan menyiksa mereka. Sedang kalau mereka melakukan itu untuk memelihara diri dan hati mereka tetap dalam iman, Allah akan mengampuni mereka dan tidak akan mengazab mereka atas pekerjaan yang tidak merusakan agama dan umat. Allah memberi pembalasan kepada mereka menurut ilmu Nya sendiri yang meliputi semua isi langit dan bumi.

Pada akhir ayat ini Allah mengatakan bahwa: "Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". Sebab itu, janganlah kamu kaum muslimin berani mendurhakai Nya dan janganlah mengadakan kerja sama dengan musuh-musuh Nya. Semua bentuk maksiat, baik yang tersembunyi maupun yang nampak senantiasa diketahui oleh Allah dan Dia berkuasa memberi pembalasan atasnya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Katakanlah) kepada mereka! "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada di dalam dadamu) di dalam hatimu berupa hubungan yang erat dengan mereka (atau kamu nyatakan) secara lahir (pastilah akan diketahui oleh Allah, dan) Dia (mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.") di antaranya ialah menyiksa orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin.
««•»»
Say, to them: ‘Whether you hide what is in your breasts, in your hearts, of patronage to them, or disclose it, manifest it, God knows it and, He, knows what is in the heavens and what is in the earth; and God is Able to do all things, and this includes punishing those who patronise them.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya, "Hajjaj bin Amr, yakni sekutu dari Kaab bin Asyraf, Ibnu Abu Haqiq dan Qais bin Zaid telah mengadakan hubungan akrab dengan beberapa orang Ansar untuk menggoyahkan mereka dari agama mereka, maka kata Rifaah bin Munzir, Abdullah bin Jubair dan Saad bin Hatsmah kepada orang-orang Ansar itu, 'Jauhilah orang-orang Yahudi itu dan hindarilah hubungan erat dengan mereka agar kamu tidak terpengaruh dari agamamu!' Pada mulanya mereka tidak mengindahkan nasihat itu, maka Allah pun menurunkan terhadap mereka, 'Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir...,' sampai dengan firman-Nya, '....dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'"
(Q.S. Ali Imran 28-29)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 28]•[AYAT 30]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
29of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=29&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:29


[003] Ali Imran Ayat 028

««•»»
Surah Ali 'Imran 28

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
««•»»
laa yattakhidzi almu/minuuna alkaafiriina awliyaa-a min duuni almu/miniina waman yaf'al dzaalika falaysa mina allaahi fii syay-in illaa an tattaquu minhum tuqaatan wayuhadzdzirukumu allaahu nafsahu wa-ilaa allaahi almashiiru
««•»»
Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali {192} dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).
{192} Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.

««•»»
The faithful should not take the faithless for allies instead of the faithful, and whoever does that Allah will have nothing to do with him, except when you are wary of them out of caution. Allah warns you to beware of [disobeying] Him, and toward Allah is the return.
««•»»

Telah diterangkan oleh para ahli sejarah. bahwa di antara orang-orang yang telah masuk Islam tetperdaya oleh kemuliaan orang-orang kafir lalu mereka mengadakan hubungan persaudaraan dan persahabatan yang akrab sampai menjadikan orang-orang kafir itu sebagai orang-orang yang dipercayai.

Diriwayatkan oleh lbnu `Abbas sebagai berikut: "Adalah Al Hajjaj lbnu 'Amru dan Ibnu Abil Huqaiq dan Qadis bin Zaid. ketiga-tiganya dari golongan Yahudi mengadakan hubungan rahasia dengan sebagian orang Ansar supaya mereka mau berpaling dari agama Islam. Maka Rifa'ah lbnu Munzir. Abdullah bin Jubair, Saad bin Khaisamah mencegah mereka mendekati orang-orang Yanudi itu. Tetapi orang-orang Ansar tersebut tetap saja mengadakan hubungan rahasia dengan mereka. Maka turunlah ayat ini.

Di dalam ayat ini Allah SWT melarang kaum muslimin untuk menjadikan orang kafir sebagai kawan yang akrab. pemimpin atau penolong, jika hal yang demikian ini akan merugikan mereka sendiri baik dalam urusan agama maupun dalam kepentingan umat, atau jika dalam hal ini kepentingan orang kafir akan lebih didahulukan daripada kepentingan kaum muslimin sendiri. apalagi jika hal itu ternyata akan membantu tersebarluasnya kekafiran. Hal yang demikian ini sangat dilarang oleh agama.

Allah mencegah orang-orang mukmin mengadakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir itu, baik disebabkan oleh kekerabatan, kawan lama waktu zaman jahiliyah. ataupun karena bertetangga. Larangan itu tidak lain hanyalah untuk menjaga dan memelihara kemaslahatan agama, serta agar kaum muslimin tidak terganggu dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh agamanya.

Adapun bentuk-bentuk persahabatan dan persetujuan-persetujuan kerja sama yang kiranya dapat menjamin kemaslahatan orang-orang Islam tidaklah terlarang Nabi sendiri pernah mengadakan perjanjian persahabatan dengan Bani Khuza'ah sedang mereka itu masih dalam syirik.

Kemudian Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa barang siapa menjadikan orang-orang kafir sebagai penolongnya. dengan meninggalkan orang-orang mukmin dalam hal-hal yang memberi mudarat kepada agama berarti dia telah melepaskan diri daripada perwalian Allah, tidak taat kepada Allah dan tidak menolong agamanya. Ini berarti pula bahwa imannya kepada Allah telah terputus, dan dia telah termasuk golongan orang-orang kafir.

Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat ini, yaitu:
ومن يتولهم منكم فإنه منهم
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka
(QS Al Ma'idah: 51)

Tetapi orang-orang mukmin boleh mengadakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir, dalam keadaan takut mendapat kemudaratan atau untuk memberikan kemanfaatan bagi orang-orang Islam. Juga tidak terlarang bagi suatu pemerintahan Islam, untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan pemerintahan yang bukan Islam, dengan maksud untuk menolak kemudaratan, atau untuk mendapatkan kemanfaatan. Kebolehan mengadakan persahabatan ini tidak khusus hanya dalam keadaan lemah saja tetapi boleh juga dalam sembarang waktu,

sesuai dengan kaidah:
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan.

Berdasarkan kaidah ini, para ulama membolehkan "taqiyah", yaitu mengatakan atau mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran untuk menolak bencana dari musuh atau untuk keselamatan jiwa atau untuk memelihara kehormatan dan harta benda.

Maka barang siapa mengucapkan kata-kata kufur karena dipaksa, sedang hati (jiwanya) tetap beriman, karena untuk memelihara diri dari kebinasaan, maka dia tidak menjadi kafir, sebagaimana yang telah dilakukan oleh `Ammar bin Yasir yang dipaksa oleh orang-orang Quraisy untuk menjadi kafir, sedang hatinya tetap beriman.

Allah berfirman:
من كفر بالله من بعد إيمانه إلا من أكره وقلبه مطمئن بالإيمان ولكن من شرح بالكفر صدرا فعليهم غضب من الله ولهم عذاب عظيم
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia tidak berdosa). Tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. maka kemurkaan Allah akan menimpanya dan baginya azab yang besar.
(QS An Nahl: 106)

Sebagaimana telah terjadi pula pada seseorang sahabat yang terdesak ketika menjawab pertanyaan Musailamah: "Apakah engkau mengakui bahwa aku ini rasul Allah? Jawabnya: "Ya". Karena itu sahabat tadi dibiarkan dan tidak dibunuh. Kemudian seorang sahabat lagi sewaktu ditanya seperti tadi, ia menjawab: "Saya ini tuli" (tiga kali), maka sahabat tersebut ditangkap dan dibunuh. Setelah berita ini sampai kepada Rasulullah saw beliau bersabda: "Orang yang telah dibunuh itu kembali kepada Allah dengan keyakinan dan kejujurannya, adapun yang satunya lagi, maka dia telah mempergunakan kelonggaran yang diberikan Allah, sebab itu tidak ada tuntutan atasnya".

Kelonggaran-kelonggaran itu disebabkan keadaan darurat yang mendatang, bukan menyangkut pokok-pokok agama yang selalu ditaati. Dalam hal ini diwajibkan bagi orang Islam berhijrah dari tempat di mana ia tidak dapat menjalankan perintah agama dan terpaksa di tempat itu melakukan taqiyyah. Adalah termasuk tanda kesempurnaan iman bila seseorang tidak merasa takut kepada cercaan di dalam menjalankan agama Allah.

Allah berfirman:
فلا تخافوهم وخافون إن كنتم مؤمنين
Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
(QS Ali Imran [3]:175)

dan firman Nya:
فلا تخشوا الناس واخشون
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia (tetapi) takutlah kepada Ku
(QS Al Ma'idah: 44)

Termasuk dalam "taqiyyah", berlaku baik, lemah lembut kepada orang-orang kafir, orang-orang zalim, orang-orang fasik dan memberi harta kepada mereka untuk menolak gangguan-gangguan mereka. Hal ini tidak dipandang bersahabat akrab yang dilarang tetapi adalah pekerjaan yang menurut peraturan.

Nabi bersabda:
ما وفى به المؤمن عرضه فهو صدقة
"Sesuatu tindakan yang dapat memelihara kehormatan seorang mukmin, adalah termasuk sedekah"
(HR At Tabrani)

Dan dalam hadis lain dari Aisyah ra:
استأذن رجل على رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا عنده فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: بئس ابن العشيرة أو أخو العشيرة ثم أذن له فالان له القول, فلما خرج قلت: يا رسول الله, قلت ما قلت, ثم النت له القول, فقال: يا عائشة, إن من شر الناس من يتركه الناس اتقاء فحشه
Seorang laki-laki datang meminta izin menemui Rasulullah dan ketika itu aku berada di sampingnya. Lalu Rasulullah berkata: "(Dia adalah) seburuk-buruk warga kaum ialah laki-laki ini". Kemudian Rasulullah mengizinkannya untuk menghadap. IaIu beliau berbicara dengan orang tersebut dengan ramah tamah dan lemah lembut. Setelah laki-laki itu keluar, aku bertanya kepada Rasulullah: "Engkau telah mengatakan apa yang telah kau katakan tentang dirinya. lalu kau lunakkan lagi kata-katamu kepadanya". Rasulullah berkata: "Hai, `Aisyah sesungguhnya termasuk orang yang paling jelek adalah orang yang dibiarkan oleh manusia karena takut kepada kejahatannya".
(HR Bukhari)

Terhadap mereka yang melanggar larangan Allah di atas, Allah memperingatkan mereka dengan siksaan yang langsung dari sisi-Nya tidak seorangpun yang dapat menghalanginya.

Akhirnya kepada Allah tempat kembali segala makhluk. Semuanya akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin) yang akan mengendalikan mereka (dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barang siapa melakukan demikian) artinya mengambil mereka sebagai pemimpin (maka tidaklah termasuk dalam) agama (Allah sedikit pun kecuali jika menjaga sesuatu yang kamu takuti dari mereka) maksudnya jika ada yang kamu takuti, kamu boleh berhubungan erat dengan mereka, tetapi hanya di mulut dan bukan di hati. Ini hanyalah sebelum kuatnya agama Islam dan berlaku di suatu negeri di mana mereka merupakan golongan minoritas (dan Allah memperingatkanmu terhadap diri-Nya) maksudnya kemarahan-Nya jika kamu mengambil mereka itu sebagai pemimpin (dan hanya kepada Allah tempat kamu kembali) hingga kamu akan beroleh balasan dari-Nya.
««•»»
Let not the believers take the disbelievers as patrons, rather than, that is, instead of, the believers — for whoever does that, that is, [whoever] takes them as patrons, does not belong to, the religion of, God in anyway — unless you protect yourselves against them, as a safeguard (tuqātan, ‘as a safeguard’, is the verbal noun from taqiyyatan), that is to say, [unless] you fear something, in which case you may show patronage to them through words, but not in your hearts: this was before the hegemony of Islam and [the dispensation] applies to any individual residing in a land with no say in it. God warns you, He instills fear in you, of His Self, [warning] that He may be wrathful with you if you take them as patrons; and to God is the journey’s end, the return, and He will requite you.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya, "Hajjaj bin Amr, yakni sekutu dari Kaab bin Asyraf, Ibnu Abu Haqiq dan Qais bin Zaid telah mengadakan hubungan akrab dengan beberapa orang Ansar untuk menggoyahkan mereka dari agama mereka, maka kata Rifaah bin Munzir, Abdullah bin Jubair dan Saad bin Hatsmah kepada orang-orang Ansar itu, 'Jauhilah orang-orang Yahudi itu dan hindarilah hubungan erat dengan mereka agar kamu tidak terpengaruh dari agamamu!' Pada mulanya mereka tidak mengindahkan nasihat itu, maka Allah pun menurunkan terhadap mereka, 'Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir...,' sampai dengan firman-Nya, '....dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'"
(Q.S. Ali Imran 28-29)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 27]•[AYAT 29]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
28of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=28&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:28


[003] Ali Imran Ayat 027

««•»»
Surah Ali 'Imran 27

تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
««•»»
tuuliju allayla fii alnnahaari watuuliju alnnahaara fii allayli watukhriju alhayya mina almayyiti watukhriju almayyita mina alhayyi watarzuqu man tasyaau bighayri hisaabin
««•»»
ngkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup {191}. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".
{191} Sebagian mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.
««•»»
You make the night pass into the day and You make the day pass into the night. You bring forth the living from the dead and You bring forth the dead from the living, and You provide for whomever You wish without any reckoning.’
««•»»

Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dia memasukkan bagian malam kepada siang, lalu menjadi pendeklah waktu malam itu dibanding dengan siang yang lebih panjang. Dan Allah masukkan bagian siang ke dalam malam, yang menyebabkan waktu malam menjadi panjang dan waktu siang menjadi pendek.

Ringkasnya dengan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan bumi itu bulat, dan membuat peraturan-peraturan tertentu bagi matahari, Allah menambah panjang salah satu di antara malam atau siang yang menyebabkan kurangnya yang lain.

Tidaklah mengherankan, bahwa sesudah adanya kenyataan tersebut, Allah Yang Maha Bijaksana memberikan kenabian atau kerajaan kepada siapa saja yang dikehendaki Nya, atau nencabut kenabian dan kerajaan itu dari siapa saja yang dikehendaki Nya. Allah yang mengurangi urusan-urusan manusia, sebagaimana halnya Dia lah mengurusi perobahan siang dan malam.

Dalam ayat ini juga Allah menyatakan bahwa Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati seperti mengeluarkan batang kelapa dari bijinya, mengeluarkan manusia dari nutfah, atau mengeluarkan burung dari telur. Demikian Allah mengeluarkan yang mati dari yang hidup seperti mengeluarkan orang yang bodoh dari orang yang alim, orang kafir dari orang yang mukmin, biji kelapa dari pohon kelapa atau mengeluarkan telur dari burung.

Sarjana-sarjana kedokteran telah menetapkan bahwa di dalam nutfah, telur, biji-biji seperti biji korma itu ada zat hidup. Akan tetapi ini adalah "hidup" menurut para ahli ilmu pengetahuan zaman modern ini, bukan menurut pengertian umum ketika zaman turunnya ayat.

Allah SWT dalam ayat ini menjelaskan kodrat Nya dengan bahasa yang mudah dipahami dengan contoh-contoh yang bisa disaksikan oleh manusia di dalam kejadian sehari-hari. Allah memasukkan malam ke dalam siang, memasukkan siang ke dalam malam, mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang hidup dari tanah yang merupakan benda mati, mengeluarkan air susu dan pupuk kandang yang keduanya merupakan benda mati dari hewan-hewan yang merupakan makhluk hidup.

Dalam pada itu, Alquran mempergunakan pula kata "mati" untuk pengertian "kafir", dan kata "hidup" untuk pengertian "iman".

Seperti dalam firman Nya:
أومن كان ميتا فاحييناه وجعلنا له نورا يمشي به في الناس كمن مثله في الظلمات ليس بخارج منها كذلك زين للكافرين ما كانوا يعملون
Apakah orang-orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang tentang*, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang berada dalam gelap gulita yang tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami menjadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
(QS Al An'am [30]:22)

Allah menggunakan lafal "yang hidup" dalam arti lawan "yang mati", baik yang hidup itu hissiyyah seperti hidup hewan dan tumbuh-tumbuhan ataupun maknawiyah seperti ilmu dan iman. dan firman Allah "Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati dst.". adalah suatu kenyataan, bahwa Allah lah yang memiliki pemerintahan yang Dia berikan kepada orang-orang yang telah dikehendaki Nya. Allah telah mengeluarkan seorang penghulu, para rasul dari bangsa Arab yang buta huruf. Rasul itu, Muhammad saw, yang menyiapkan mereka dengan kekuatan kemauan untuk menjadi umat yang terkuat, yang dapat menghancurkan benteng perbudakaan-perbudakan dan menegakkan kemerdekatan. Sementara itu orang-orang Yahudi (Bani Israel) bergelimang di dalam taqild. perbudakan dan penindasan raja-raja atau para penguasa.

Allah memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang Dia kehendaki atau mencabut pemberian Nya itu dari orang-orang yang Dia kehendaki hanyalah berdasarkan sunah-sunah dan hukum-hukum Nya.

Segala urusan ada di tangan Allah. Tidak ada seorangpun yang dapat menilai dan memperkirakan perhitungannya. Dialah yang berkuasa mencabut kekuasan dari siapa yang dikehendaki Nya serta menghinakan Nya. Dan hanya Dia pulalah yang kuasa memberikan kekuasaan itu kepada suatu bangsa serta memuliakannya. Yang demikian ini, amat mudah bagi Allah. Allah menjelaskan pula dalam ayat ini bahwa Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan pula siang ke dalam malam) hingga bertambah panjanglah keduanya sebanyak berkurangnya dari yang lain (Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati) misalnya manusia dari sperma dan burung dari telur (Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa terhitung") artinya rezeki yang luas dan amat banyak.
««•»»
You make the night to pass, to enter, into the day and You make the day to pass, to enter, into the night, each of them increasing by the amount by which the other decreases; You bring forth the living from the dead, such as humans and birds, from sperm-drops and eggs [respectively]; and You bring forth the dead, the sperm-drop and the egg, from the living, and You provide, with abundant provision, whom You will without reckoning’.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 26]•[AYAT 28]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
27of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=27&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:27


[003] Ali Imran Ayat 026

««•»»
Surah Ali 'Imran 26

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
««•»»
quli allaahumma maalika almulki tu/tii almulka man tasyaau watanzi'u almulka mimman tasyaau watu'izzu man tasyaau watudzillu man tasyaau biyadika alkhayru innaka 'alaa kulli syay-in qadiirun
««•»»
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
««•»»
Say, ‘O Allah, Master of all sovereignty! You give sovereignty to whomever You wish, and strip of sovereignty whomever You wish; You make mighty whomever You wish, and You abase whomever You wish; all good is in Your hand. Indeed You have power over all things.
««•»»

Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Nya untuk menyatakan bahwa Allah lah Yang Maha Suci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Bijaksana dengan tindakan Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang umum di alam ini. Maka Allah lah yang memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya. Ada kalanya Allah memberikan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan pemerintahan saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan menyusun kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Dan Allah juga yang mencabut pemerintahan dari orang-orang yang Dia kehendaki disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, jalan yang dapat memelihara pemerintahan, karena meninggalkan keadilan, berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israel dan lain-lain bangsa disebabkan kelaliman dan kerusakan budi mereka.

Allah jualah yang memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya menguasai jiwa manusia-dengan wibawanya dan ilmunya yang berguna bagi manusia. serta mempunyai keluasan rezeki serta berbuat baik kepada segenap manusia.

Adapun orang yang mendapat kehinaan ialah orang yang rendah jiwanya dan merasa lemah membela kehormatan lagi tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak bersatu padu padahal tidak ada satu kemuliaanpun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kelaliman.

Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunatullah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan sesuatu umat tidaklah menjamin untuk mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang-orang musyrik Mekah, orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah saw, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikitpun.

Sebagaimana firman Allah:
يقولون لئن رجعنا إلى المدينة ليخرجن الأعز منها الأذل ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون
"Mereka berkata "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, pastilah orang-orang yang kuat mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul Nya dan bagi orang-orang mukmin. Tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui".
(Q.S Al Munafiqun: 8)

Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa timur, mereka berjumlah banyak tetapi dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa barat yang berjumlah lebih sedikit disebabkan merajalelanya kebodohan di timur dan permusuhan atau perpecahan yang terjadi di antara sesama mereka.

Dalam ayat ini Allah menerangkan pula bahwa segala kebajikan terletak ditangan Nya baik kenabian, kekuasaan ataupun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan Nya. Tidak ada seorangpun yang memiliki kebajikan itu selain Allah. Dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan saja sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad saw ialah kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya bilangan mereka. Maka oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi untuk berlindung kepada Yang memiliki segala kerajaan. Yang di tangan-Nya segala kekuasaan dan kemuliaan, Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada di tangan Nya. Maka tidak ada yang dapat mengahalangi Nya apabila Dia memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi Nya atau kepada orang-orang yang mukmin yang dikehendaki Nya.

Sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam firman Nya:
ونريد أن نمن على الذين استضعفوا في الأرض ونجعلهم أئمة ونجعلهم الوارثين
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)
(QS Al Qasas: 5)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Katakanlah, "Wahai Tuhan) atau ya Allah (yang mempunyai kerajaan! Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki) di antara makhluk-makhluk-Mu (dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki) dengan memberinya kemuliaan itu (dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki) dengan mencabut darinya. (Di tangan-Mulah segala kebaikan) demikian pula segala kejahatan; artinya dalam kekuasaan-Mulah semua itu. (Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
««•»»
When the Prophet (s) promised his community sovereignty over the lands of Persia and Byzantium, the hypocrites said, ‘How preposterous!’, and so the following was revealed, Say: ‘O God, Master of the Kingdom, you give the Kingdom to whom You will, from among your creatures, and seize the Kingdom from whom You will; You exalt whom You will, by giving it [the kingdom] to him, and You abase whom You will, by seizing it from him; in Your hand, in Your power, is good, that is, as well as evil. You are Able to do all things.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Dikeluarkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Qatadah, katanya, "Orang- orang mengatakan kepada kami bahwa Rasulullah saw. memohon kepada Tuhan agar menundukkan kerajaan Romawi dan Persi ke dalam kekuasaan umatnya, maka Allah pun menurunkan, 'Katakanlah! Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan...sampai akhir ayat.'" (Q.S. Ali Imran 26)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 25]•[AYAT 27]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
26of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=26&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#3:26


[003] Ali Imran Ayat 025

««•»»
Surah Ali 'Imran 25

فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
««•»»
fakayfa idzaa jama'naahum liyawmin laa rayba fiihi wawuffiyat kullu nafsin maa kasabat wahum laa yuzhlamuuna
««•»»
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).
««•»»
But how will it be [with them] when We gather them on a day in which there is no doubt, and every soul shall be recompensed fully for what it has earned, and they will not be wronged?
««•»»

Ayat ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan oleh orang Yahudi pada ayat yang lalu. Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi bilamana hari kiamat yang tidak diragukan lagi itu sudah datang.

Bentuk kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana kehebatan huru-hara yang terjadi di hari itu, dan tentang siksa besar yang akan ditimpakan kepada orang-orang Yahudi. Mereka akan jatuh kepada jurang penderitaan dan tak akan ada jalan untuk menyelamatkan diri. Dan sesungguhnya anggapan orang Yahudi bahwa dirinya akan dapat lepas dengan mudah dari pada azab itu adalah suatu angan-angan yang kosong.

Pada hari yang dahsyat itu orang akan melihat dengan jelas apa-apa yang telah dikerjakannya baik atau buruk akan dihadapkan kepada mereka. Kemudian segala amal perbuatan akan dibalas dengan kebahagiaan jika amal itu baik atau dengan kesengsaraan jika amal itu jahat. Tidak ada suatu hak istimewa yang dapat diberikan kepada pemeluk sesuatu agama tertentu dan golongan tertentu. Tidak pula suatu bangsa mendapat keistimewaan atas bangsa-bangsa lainnya sekalipun mereka menamakan dirinya dengan Sya'bullah (rakyat Allah) atau anak Allah. Pembalasan pada hari kiamat itu, adalah sesuai dengan buruk baiknya iktikad yang terkandung dalam hati dan sesuai pula dengan buruk baiknya amal perbuatan yang telah dilakukan.

Pada hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna. Tidak akan dikurangi sedikitpun balasan terhadap sesuatu perbuatan dan tidak pula akan ditambah. Yang menjadi ukuran pada hari itu ialah berimannya seseorang dan pengaruh iman itu terhadap amal perbuatannya di waktu di dunia. Kalau dia tidak beriman dan pengaruh itu buruk dan merusak dirinya, maka masuklah ia ke dalam neraka, karena amal-amalnya yang buruk itu. Jika imannya tidak sampai rusak, karena diimbangi dengan amal saleh atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk, maka diberilah balasan sesuai dengan derajat dan kadarnya masing-masing.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Maka betapakah) keadaan mereka (jika mereka Kami kumpulkan bagi suatu hari) maksudnya pada suatu hari (yang tak ada keraguan padanya) yakni hari kiamat (dan disempurnakan kepada setiap diri) baik dari golongan Ahli Kitab maupun dari lainnya, untuk menerima balasan dari (apa yang diusahakannya) dikerjakannya baik kebaikan maupun kejahatan (dan mereka) manusia itu (tidak dianiaya) dengan dikurangi kebaikan atau ditambah kejahatan. Ayat berikut ini turun tatkala Nabi saw. menjanjikan kepada umatnya akan diserahkannya kerajaan Persia dan Romawi, maka kata orang-orang munafik, "Jauh..., mustahil...!"
««•»»
But how will it be, their predicament, when We gather them for a day, that is to say, on a day, of which there is no doubt, no uncertainty, that is, the Day of Resurrection; and every soul, from among the People of the Scripture and others, shall be paid in full, the requital of, what is has earned, [what] it has done of good or evil, and they, that is, people, shall not be wronged?, in that no good deed shall be diminished, and no evil deed shall be increased.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 24]•[AYAT 26]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
25of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=25&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:25


[003] Ali Imran Ayat 024

««•»»
Surah Ali 'Imran 24

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
««•»»
dzaalika bi-annahum qaaluu lan tamassanaa alnnaaru illaa ayyaaman ma'duudaatin wagharrahum fii diinihim maa kaanuu yaftaruuna
««•»»
Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.
««•»»
That is because they say, ‘The Fire shall not touch us except for a number of days,’ and they have been misled in their religion by what they used to fabricate.
««•»»

Ayat ini menerangkan alasan atau sebab yang mendorong orang-orang Yahudi untuk menentang dan berpaling dari pada kebenaran. Mereka mempunyai paham yang sudah melekat dalam iktikad mereka, bahwa mereka tidak akan kena azab api neraka kecuali beberapa hari tertentu saja.

Anggapan yang sudah melekat kuat ini meresap dalam jiwa mereka, dan akhirnya membentuk sikap mental mereka. Sehingga mereka menganggap enteng hukuman-hukuman yang akan menimpa mereka. Ini disebabkan oleh karena mereka merasa ada hubungan darah dengan para nabi, dan menganggap bahwa mereka akan selamat dari siksa api neraka asal saja mereka tetap dalam agama Yahudi itu.

Jadi menurut paham mereka hubungan keturunan dengan nabi, serta tetap tercatat sebagai penganut agama Yahudi itu sudah menjamin untuk dapat masuk surga.

Memang, barang siapa yang menganggap enteng ancaman Allah, karena percaya bahwa azab itu tidak akan turun menimpanya, maka lenyaplah penghargaan terhadap perintah-perintah Allah serta larangan-larangan Nya.

Mereka berani memperkosa agama. Demikianlah keadaan suatu umat, ketika mereka mulai meninggalkan agamanya, mereka sudah tidak segan-segan lagi untuk melakukan kejahatan. Gejala membelakangi agama sedemikian ini nampak pada orang-orang Yahudi, Nasrani dan sudah mulai nampak gejalanya di kalangan orang-orang Islam.

Orang Yahudi mengira bahwa mereka jika masuk neraka hanya diazab dalam "beberapa hari yang dapat dihitung" ialah 40 hari; sejumlah hari yang mereka gunakan untuk menyembah anak sapi. Sebenarnya tidak ada keterangan yang dapat dipercayai untuk menegaskan bilamana hari yang dimaksud, kecuali anggapan kosong dari orang-orang Yahudi.

Segala kebohongan yang telah mereka ada-adakan telah menipu mereka dalam agama, misalnya ucapan mereka: "Kami adalah anak-anak Tuhan dan kekasih Nya" dan kata-kata mereka "Sesungguhnya nenek moyang kami nabi-nabi yang akan memberikan syafa'at kepada kami" dan "Sesungguhnya Allah telah berjanji kepada Ya'kub tidak akan mengazab anak-anak keturunannya, kecuali hanya dalam tempo yang pendek".

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Hal itu) yakni berpaling dan menolak (karena mereka mengatakan) disebabkan oleh ucapan mereka (Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang berbilang) hanya 40 hari, yakni selama mereka menyembah anak lembu lalu akan dihentikan terhadap mereka. (Mereka diperdayakan dalam agama mereka) berkaitan dengan firman-Nya (oleh apa yang mereka ada-adakan) berupa ucapan mereka tadi.
««•»»
That, turning away and rejection was, because they said, ‘the Fire shall not touch us, except for a number of days’, that is, for forty days [only], the length of time their forefathers worshipped the calf, after which it would end; and the lies they used to invent, in their saying this, have deluded them in their religion (wa-gharrahum fī dīnihim, ‘it has deluded them in their religion’, is semantically connected to mā kānū yaftarūna, ‘the lies which they used to invent’).

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Abu Hatim, Ibnu Munzir dan Ikrimah mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. masuk ke rumah Madras menemui segolongan orang-orang Yahudi. Maka diserunya mereka kepada Allah, lalu kata Na'im bin Amr dan Harits bin Zaid kepada Nabi saw., 'Menganut agama apakah Anda, hai Muhammad?' Jawabnya, 'Menganut millah Ibrahim dan agamanya.' Kata mereka pula, 'Sesungguhnya Ibrahim itu beragama Yahudi.' Sabda Nabi saw. pula, 'Kalau begitu marilah kita pegang Taurat! Dialah yang akan menjadi hakim di antara kami dan tuan-tuan!' Kedua mereka itu menolak, maka Allah pun menurunkan, 'Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang diberi bagian berupa Alkitab...,' sampai dengan firman-Nya, '...mereka ada-adakan.'"
(Q.S. Ali Imran [3]:23-24)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 23]•[AYAT 25]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
24of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=24&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:24


[003] Ali Imran Ayat 023

««•»»
Surah Ali 'Imran 23

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ
««•»»
alam tara ilaa alladziina uutuu nashiiban mina alkitaabi yud'awna ilaa kitaabi allaahi liyahkuma baynahum tsumma yatawallaa fariiqun minhum wahum mu'ridhuuna
««•»»
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).
««•»»
Have you not regarded those who were given a share of the Book, who are summoned to the Book of Allah in order that it may judge between them, whereat a part of them refuse to comply and they are disregardful?
««•»»

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Abdullah Ibnu `Umar ra, bahwa beberapa orang Yahudi datang menghadap Rasulullah saw dengari membawa seorang laki-laki din seorang perempuan yang keduanya telah berbuat zina.
Lalu Rasulullah berkata kepada mereka:
"Bagaimana tindakanmu terhadap orang yang berbuat zina dari kamu sendiri?

Mereka menjawab: "Kami lumur mereka dengan abu lalu kami pukuli".

Berkata Rasulullah saw.:
"Tidakkah kamu ketemukan hukum rajam dalam Taurat?"

Mereka menjawab: "Tidak! Kami tidak menemukan hukum itu di dalamnya" Berkatalah Abdullah bin Salam kepada mereka: "Kamu telah berdusta. Bawalah. Taurat. Bacalah jika kamu sekalian benar".

Lalu salah seorang yang ahil dalam Taurat di antara mereka meletakkan telapak tangannya di atas ayat rajam. Mulailah dia membaca selain dari yang tertutup oleh telapak tangannya. Dia membaca ayat rajam. Kemudian Abdullah bin Salam mengangkat telapak tangan orang yang menutupi ayat rajam lalu dia berkata kepada orang-orang Yahudi itu: "Ini apa?"

Tatkala orang Yahudi itu melihatnya, mereka berkata: "ltu adalah ayat rajam". Maka Rasulullah memerintahkan untuk merajam mereka berdua lalu mereka dirajam dekat kuburan di samping mesjid. "Akan tetapi orang Yahudi marah terhadap hukuman ini. Maka Allah mencela mereka dengan ayat ini".

Demikianlah, tabiat orang-orang Yahudi itu, sungguh-sungguh mengherankan. Mereka memalingkan diri dari mengamalkan kitab yang mereka imani sendiri bilamana kitab itu tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Inilah kebiasaan tingkah laku penganut-penganut agama Yahudi itu pada masa-masa keruntuhan dan kehancurannya.

Orang Yahudi datang kepada Rasulullah saw dengan kemauan mereka yang kuat untuk menerima suatu keputusannya. Tetapi apabila keputusan yang diberikan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, mereka menolak dan menginjak-injaknya.

Dan lagi mereka hanya menghafal sebagian dari isi Taurat, sedang yang lainnya mereka lupakan. Bagian yang mereka hafal itu tidak mereka pahami dengan baik dan tidak pula mereka amalkan.

Kitab yang lima yang dinamai Taurat yang dihubungkan dengan nabi Musa as, tidaklah ada bukti yang dapat dipegangi bahwa itulah yang diwahyukan kepada Nabi Musa as.


««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Tidakkah kamu lihat) atau perhatikan (orang-orang yang diberi bagian dari Alkitab) yakni Taurat (mereka diseru) menjadi hal (kepada Kitab Allah untuk menetapkan hukum di antara mereka, kemudian sebagian di antara mereka berpaling dan mereka menolaknya) yakni tak mau menerima penetapan hukumnya. Ayat ini turun mengenai orang Yahudi: Dua orang di antara mereka berzina lalu bertahkim kepada Nabi saw., maka Nabi menjatuhkan hukuman rajam. Mereka menolak lalu diperlihatkan Taurat kepada mereka, ternyata memang tercantum di dalamnya, hingga hukuman rajam dilaksanakan. Akibatnya mereka menjadi marah.
««•»»
Those are the ones whose works, what good they did in the way of charity and kindness to kin, have failed, [whose works] are invalid, in this world and the Hereafter, and so they have nothing to reckon with, since these [works] are of no consequence; they have no helpers, [no] protectors from the chastisement.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Abu Hatim, Ibnu Munzir dan Ikrimah mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. masuk ke rumah Madras menemui segolongan orang-orang Yahudi. Maka diserunya mereka kepada Allah, lalu kata Na'im bin Amr dan Harits bin Zaid kepada Nabi saw., 'Menganut agama apakah Anda, hai Muhammad?'

Jawab Nabi,
'Menganut millah Ibrahim dan agamanya.'

Kata mereka pula, 'Sesungguhnya Ibrahim itu beragama Yahudi.'

Sabda Nabi saw. pula,
'Kalau begitu marilah kita pegang Taurat! Dialah yang akan menjadi hakim di antara kami dan tuan-tuan!'

Kedua mereka itu menolak, maka Allah pun menurunkan, 'Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang diberi bagian berupa Alkitab...,' sampai dengan firman-Nya, '...mereka ada-adakan.'"
(QS. Ali Imran [3]:23-24)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 22]•[AYAT 24]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
23of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=23&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:23


Kamis, 12 Maret 2015

[003] Ali Imran Ayat 022

««•»»
Surah Ali 'Imran 22

أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
««•»»
ulaa-ika alladziina habithat a'maaluhum fii alddunyaa waal-aakhirati wamaa lahum min naasiriina
««•»»
Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.
««•»»
They are the ones whose works have failed in this world and the Hereafter, and they will have no helpers.
««•»»

Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang jahat itu adalah orang-orang yang dibatalkan Nya segala amal yang mereka lakukan di dunia maupun di akhirat. Di dunia mereka tidak akan mendapatkan pujian manusia atas perbuatannya itu sebab mereka berada dalam kesesatan dan kebatilan. Dan Allah mengutuk : mereka, serta membongkar kejahatan-kejahatan yang mereka tutup-tutupi itu melalui para nabi dan rasul-rasul Nya. Demikianlah arti dari pembatalan amal perbuatan mereka di dunia.

Adapun di akhirat, mereka tidak akan mendapatkan ganjaran pahala atas segala amal-amal mereka, bankan mereka akan dijerumuskan ke dalam azab yang pedih. Mereka kelak menempati neraka jahim. Tidak ada seorang juapun yang dapat menolong mereka dari tekanan azab Allah. Allah telah menghapuskan pahala para pembunuh nabi-nabi dan para hukama yang menegakkan keadilan. Dan meniadakan pula pertolongan-pertolongan dari siapapun juga. Para pembunuh itu akan dibalas dengan azab yang tidak terhingga dan tak seorangpun dapat menolong mereka.

Allah telah menyediakan tiga macam azab bagi mereka:
  1. Terkumpulnya pada mereka segala kepedihan dan kesengsaraan. Dan inilah azab yang pedih.
  2. Lenyaplah segala macam nikmat dengan terhapusnya pahala amalan yang mereka lakukan di dunia. Di dunia mereka dikutuk dan dicela, dan di akhirat mereka menderita.
  3. Terus-menerus menderita azab tersebut karena tidak seorangpun yang akan menolong mereka untuk melepaskan mereka dari azab. Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam ayat yang artinya "dan sekali-kali mereka itu tidak memperoleh para penolong".
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Mereka itulah orang-orang yang gugur) atau batal (amal-amalan mereka) kebaikan-kebaikan yang telah mereka lakukan, misalnya sedekah dan menghubungkan tali silaturahmi (di dunia dan di akhirat) sehingga tidak dianggap disebabkan tidak memenuhi syarat-syaratnya (dan tidaklah mereka mempunyai penolong-penolong) yang akan melindungi mereka dari azab tersebut.
««•»»
Those are the ones whose works, what good they did in the way of charity and kindness to kin, have failed, [whose works] are invalid, in this world and the Hereafter, and so they have nothing to reckon with, since these [works] are of no consequence; they have no helpers, [no] protectors from the chastisement.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 21]•[AYAT 23]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
22of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=22&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:22


[003] Ali Imran Ayat 021

««•»»
Surah Ali 'Imran 21

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
««•»»
inna alladziina yakfuruuna bi-aayaati allaahi wayaqtuluuna alnnabiyyiina bighayri haqqin wayaqtuluuna alladziina ya/muruuna bialqisthi mina alnnaasi fabasysyirhum bi'adzaabin aliimin
««•»»
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih.

««•»»
Those who defy Allah’s signs and kill the prophets unjustly,[1] and kill those who call for justice from among the people, inform them of a painful punishment.
[1] That is, the Jews. Verses 21-25 relate to them.
««•»»

Dalam ayat ini Allah mencela sikap orang-orang Yahudi di zaman Rasul, yang dengan taklid buta mengikuti saja nenek moyang mereka. Pada hal sesungguhnya mereka itu sudah mengetahui kesalahan-kesalahan dan kejahatan nenek moyang mereka itu.

Dengan keterangan ayat ini, bertambah jelaslah keburukan orang-orang Yahudi. Dan sukarlah bagi mereka mencari alasan untuk membersihkan diri. Kejahatan mereka yang terbukti dalam sejarah menyebabkan mereka itu mendapat celaan clan kutukan.

Orang Yahudi di zaman Rasulullah saw dipandang ikut bersalah, karena mereka tidak menunjukkan sikap setuju atau tidak setuju terhadap kejahatan nenek moyang mereka itu. Di samping membunuh para nabi, orang-orang Yahudi zaman dahulu juga telah membunuh para hukama', yaitu yang disebut dalam ayat sebagai "orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil". Mereka terdiri dari cerdik cendikiawan, yang menjadikan keadilan itu sebagai tiang keutamaan.

Martabat para hukama di dalam memberikan petunjuk itu adalah di bawah martabat para nabi dun demikian pula pengaruh mereka. Membunuh hukama (cendekiawan) berarti membunuh akal dan menghancurkan keadilan. Hal ini merupakan, dosa besar dan sangat merugikan. Karena itu Allah memberikan peringatan kepada orang Yahudi bahwa mereka akan menerima azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Siapakah yang lebih berhak menerima azab yang pedih itu kalau bukan mereka yang kejam lagi melampaui batas dalam berbuat kejahatan, seperti membunuh para nabi dan para cerdik cendekiawan?.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya orang-orang yang kafir akan ayat-ayat Allah dan membunuh) pada satu qiraat yuqatiluuna yang berarti memerangi (nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh berlaku adil di antara manusia) mereka ini ialah orang-orang Yahudi. Diriwayatkan bahwa mereka telah membunuh 43 orang nabi kemudian mereka dicegah oleh 170 orang pengikut-pengikut nabi tersebut namun akhirnya mereka pun dibunuh oleh mereka pada saat yang sama (maka gembirakanlah mereka) artinya beritahukanlah mereka (akan adanya siksa yang pedih) yang menyakitkan. Menyebutkan `gembirakanlah` adalah sebagai penghinaan bagi mereka, dan khabar `inna` dimasuki oleh fa, karena isimnya inna yang berupa isim maushul mirip dengan syarat.
««•»»
Those who disbelieve in the signs of God and slay (yaqtulūna, is also read as yuqātilūna, ‘they fight against’) the prophets without right, and slay those who enjoin to equity, to justice, and these are the Jews, who are reported to have killed forty–three prophets and to have been forbidden this by a hundred and seventy devout worshippers among them, each of whom was killed immediately. So give them good tidings, let them know, of a painful chastisement. The use of ‘good tidings’ here is meant as a sarcastic ridicule of them (the fā’ [of fa-bashshirhum, so give them good tidings] is considered part of the predicate of inna because its noun, that is, its relative clause, resembles a conditional [sc. in yakfurūna, ‘if they disbelieve…’, fa-bashshirhum, ‘then, give them good tidings…’]).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 20]•[AYAT 22]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
21of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=21&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#3:21


[003] Ali Imran Ayat 020

««•»»
Surah Ali 'Imran 20

فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
««•»»
fa-in haajjuuka faqul aslamtu wajhiya lillaahi wamani ittaba'ani waqul lilladziina uutuu alkitaaba waal-ummiyyiina a-aslamtum fa-in aslamuu faqadi ihtadaw wa-in tawallaw fa-innamaa 'alayka albalaaghu waallaahu bashiirun bial'ibaadi
««•»»
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi {190}: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
{190} Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tulis baca. menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan Ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca. menurut sebagian yang lain ialah orang-orang yang tidak diberi Al Kitab.
««•»»
So if they argue with you, say, ‘I have submitted my will to Allah, and [so has] he who follows me.’ And say to those who were given the Book and the uninstructed ones,[1] ‘Do you submit?’ If they submit, they will certainly be guided; but if they turn away, then your duty is only to communicate; and Allah sees best the servants.
[1] That is, the Arabs, who unlike the Jews and the Christians did not possess any scripture and had not received any scriptural instruction.
««•»»

Dalam ayat ini Allah menerangkan bagaimana semestinya Nabi Muhammad saw menghadapi sikap ahil kitab yang menentang agama Islam itu.

Dalam menghadapai mereka itu, Nabi Muhammad saw, diperintahkan untuk menjawab, bilamana mereka mengemukakan bantahan dengan mengatakan kepada mereka bahwa beliau hanya berserah diri kepada Allah demikian pula orang-orang yang mengikutinya. Jawaban demikian adalah untuk menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak berfaedah, karena bukti-bukti kekeliruan mereka sudah jelas.

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Nya untuk mengatakan kepada orang Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin Arab yang sedang dihadapinya: "Apakah kamu (mau) masuk agama Islam?". Maksudnya apakah kamu mau menerima agama Islam sehingga kamu berserah diri kepada Allah SWT. Pertanyaan itu disampaikan Nabi sesudah beliau berulang kali menunjukkan bukti-bukti kebenarannya, dan sebenarnya suduh pula dimengerti oleh mereka. Ataukah sebenarnya mereka masih ingin meneruskan kekafiran dan perlawanan mereka. Secara tidak langsung ungkapan pertanyaan Nabi itu menunjukkan kebodohan dan ketumpulan otak mereka serta mencela sikap keras dari mereka itu.

"Sesungguhnya jika mereka itu masuk Islam mereka mendapat petunjuk". Masuk agama Islam berarti berserah diri secara mutlak kepada ke Esaan Allah SWT. Di sinilah letak jiwa segala agama yang dibawa oleh para rasul, yakni berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka pasti akan memperoleh keuntungan besar dan selamat dari jurang kesengsaraan. Karena penyerahan diri mereka kepada Allah Yang Maha Esa akan mendorong mereka mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw.

Tetapi jika mereka menolak ajaran Nabi Muhammad saw, maka hal itu tidak menjadi tanggung jawab beliau, sebab tugas beliau hanyalah menyampaikan ajaran Allah.

"Allah Maha Melihat akan hamba-hamba Nya", Allah Maha Mengetahui hati siapa yang tertutup di antara hamba-hamba Nya, mata siapa yang buta melihat kebenaran, dan siapa pula yang putus asa mencari petunjuk Ilahi. Allah Maha Mengetahui siapa-siapa di antara hamba Nya yang dapat menerima taufik dan hidayah dari pada Nya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Jika mereka menyanggah kamu) hai Muhammad dalam soal agama (maka katakanlah) kepada mereka ("Kuserahkan wajahku kepada Allah) artinya aku tunduk dan patuh kepada-Nya, aku (dan orang-orang yang mengikutiku.") wajah disebutkan secara khusus, karena kedudukannya yang mulia, maka yang lainnya lebih utama untuk berserah diri. (Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi Alkitab) yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani (serta orang-orang yang tidak tahu baca tulis) yaitu orang-orang Arab musyrik ("Apakah kamu mau masuk Islam?")


Maksudnya masuk Islamlah kamu! (Jika mereka masuk Islam, maka sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk) dari kesesatan (dan jika mereka berpaling) dari agama Islam (maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan) risalah yang diamanatkan kepadamu (dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya) lalu diberi-Nya balasan atas amal perbuatan mereka.

Ayat berikut ini (QS. Ali Imran [3]:20) sebelum turunnya perintah untuk berperang:
««•»»
So if they, the disbelievers, dispute with you, O Muhammad (s), concerning religion, say, to them: ‘I have surrendered my countenance to God, [that is to say] I have submitted to Him, I, and whoever follows me’ (wajh, ‘countenance’, is chosen here because of its noble character, for the other [parts of the body] will just as soon [surrender once the countenance has]); and say to those who have been given the Scripture, the Jews and the Christians, and to the uninstructed, the Arab idolaters: ‘Have you submitted?’, that is to say, ‘Submit!’ And so if they have submitted, they have been guided, from error, but if they turn their backs, to Islam, your duty is only to deliver, the Message; and God sees His servants, and so requites them for their deeds — this [statement] was [revealed] before the command to fight [them] had been revealed.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 19]•[AYAT 20]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
20of200
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=3&tAyahNo=20&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#3:20